KEGIATAN



STUDI LAPANGAN ORIENTASI MAHASISWA TADRIS IPS DALAM MENGENAL PENINGGALAN SEJARAH DI KOTA BENGKULU
(Gita Tri Surani & Retno Ambar Wati)

Dalam proses belajar mengajar itu tidak hanya dihasilkan dalam kegiatan yang dilakukan dalam ruangan. Kegiatan ini dapat dilakukan di luar ruangan yaitu yang dikenal dengan studi lapangan. Seperti yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang mengunjungi lima tempat antara lain: Museum Bengkulu, Rumah Pengasingan Bung Karno dan Fatmawati, Masjid Jamik, Monumen Thomas Part dan Benteng Marlborough. Studi lapangan ini dapat memberikan pemahaman ataupun orientasi Mahasiswa untuk mengetahui berbagai macam peninggalan sejarah yang ada di sekitar Bengkulu. Selain itu Mahasiswa juga dapat memperoleh sumber lisan yang dihasilkan dari wawancaran maupun penyampaian materi yang telah dilakukan oleh pada pihak  dalam tempat bersejarah tersebut.
Pada Museum Bengkulu terdapat berbagai macam penjelasan atas beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu, pertama Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah yang memiliki wisata alam yaitu di Pulau Enggano serta pusat pelatihan gajah di Sebelat. Kedua Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Mukomuko merupakan Kampung Sakti Ratau Batuah yang didiami oleh Suku Mukomuko yang menganut azas Matrikat (keturunan Ibu) karena besarnya pengaruh Minangkabau dalam kehidupan budayanya. Ketiga Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten ini merupakan Kabupaten yang memiliki penduduk yang berasal dari Rejang dan Lembak serta memiliki kesenian Barong Landong. Keempat Kabupaten Rejang Lebong merupakan Kabupaten yang dijadikan sebagai Situs Hindu Budha dan memiliki wisata sejarah dan alam yaitu Suban Air Panas. Kelima Kabupaten Kepahiang, Kabupaten ini memprioritaskan pembangunan pertanian dan pengembangan agrobisnis serta agroindustri. Keenam Kabupaten Lebong, Kabupaten ini dijadikan sebagai bukti dari adanya penyebaran Suku Rejang. Ketujuh Kabupaten Seluma, penduduk yang berada di Kabupaten Seluma ini merupakan penduduk yang menganut Suku Serawai. Kabupaten ini memiliki peninggalan purbakala yang dikembangkan menjadi objek wisata sejarah. Kedelapan Kabupaten Bengkulu Selatan, pada Kabupaten Bengkulu Selatan ini penduduknya merupakan penduduk yang menganut Suku Serawai dan Pasmah yang memiliki mata pencaharian utama yaitu pertanian dan perkebunan. Terakhir Kabupaten Kaur, Kabupaten ini memiliki peninggalan sejarah yang berupa Situs Magalit Nagarantai, Masjid Bandar, Makam Said Hadi Al’Jufri, Makam Keramat Pinang Tawar, Benteng Linau, Rumah Kolonial, Situs Sel/Penjara dan Situs Pesangrahan.
Pada Museum ini juga terdapat beberapa peninggalan bersejarah seperti adat istiadat (Nekara: benda seperti dandang yang digunakan sebagai benda upacara meminta hujan dan melambangkkan status sosial pemiliknya). Aksara bahasa yaitu kaganga, baju adat (pernikahan dan masyarakat Bengkulu), kesenian (seperti dol), adat istiadat, perlekapan pernikahan dan lain sebagainya. Di sini banyak pembelajaran untuk lebih memahami dan mengenal peninggalan bersejarah di Kota Bengkulu.
Pembelajaran yang berbasis lapangan ini juga didapat dari adanya pengunjungan ke Rumah Pengasingan Bung Karno, di dalam Rumah Pengasingan Bung Karno ini Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam peninggalan sejarah, berbagai gambar yang telah di pajang di dalam ruangan Rumah Pengasingan Bung Karno itu sendiri. Selain itu juga dapat mengetahui berbagai macam perlengkapan sehari-hari dalam kehidupan Bung Karno, seperti literatur atau buku-buku yang digunakan semasa Bung Karno di Bengkulu, peralatan atau alat transportasi yang digunakan pada masa hidupnya. Bung Karno yang telah di asingkan ke Rumah ini tidak sepenuhnya di asingkan seperti halnya orang yang dipenjara, akan tetapi Bung Karno masih memiliki kebebasan untuk melakukan berbagai macam kegiatannya dengan masyarkat Bengkulu.
Pembelajaran berikutnya yaitu Masjid Jamik, dalam pengangsingan Bung Karno telah banyak yang beliau lakukan, salah satunya adalah dengan membangun tempat ibadah bagi kaum muslimin di Bengkulu. Masjid Jamik merupakan salah satu masjid yang cukup terkenal di Bengkulu. Desain yang dibuat oleh Bung Karno ini sendiri memiliki gaya Eropa dengan adanya dua buah bubungan serta teras yang memanjang di bagian depan masjid. Pembangunan masjid diperkirakan dibangun pada tahun 1940.
Pembelajaran sejarah ini masih berlanjut yaitu pada pembangunan Rumah Ibu Fatmawati. Ibu Fatmawati merupakan Ibu Negara Pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Ibu yang telah menjahit Bendera Merah Putih. Ibu Fatmawati ini dahulunya memiliki berbagai macam jabatan yang telah dipimpinnya. Memiliki jabatan sebagai pelindung atau penasehat Kowai (Kongres Wanita Indonesia), pelindung atau penasehat Perwari (Persatuan Wanita Indonesia), pelindung atau penasehat Persit (Persatuan Istri Tentara), pelindung atau penasehat Nasional Womens’s Internasional Club WIC, pelindung Yayasan Rumah Sakit Fatmawati, pelindung Yayasan Perguruan Cikini Jakarta, Sesepuh keluarga Basar “Sekato” di Jakarta, pelindung Persatuan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Bengkulu (P3MB) di Jakarta, pelindung Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta serta Pembina Barisan Wanita Indonesia (BWI). Pengalaman Almarhumah dibidang keorganisasian telah diawali sejak masih remaja yaitu dibidang Nasyiatul Asyiah, Hizbul Wathan (HW), kepanduan Muhammadiyah, semasa di Bengkulu dan pada masa kependudukan Jeppang, almarhumah menjadi anggota Penolong Korban Perang (PEKOPE) dan anggota Funjikai dan setelah keemerdekaan organisasi Funjikai dilebur menjadi Barisan Wanita Indonesia (BWI). Pada saat perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia almarhumah ikut menerjunkan diri dalam kancah perjuangan seperti, menjahit Bendera Pusaka Merah Putih, menghadiri Sidang Dokutsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaaan Indonesia) dalam rangka menyaksikan  hari lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945, ikut menderita bayinya bernama Guntur yang ikut diculik oleh pemuda yang dibawa ke Rengas Dengklok pada pukul 3.00 dini hari pada tanggal 16 Agustus 1945, selama 1945-1946 sering berpindah-pindah tempat, dan sering bersembunyi, menyamar karena Jakarta tidak aman dan telah diduduki oleh pasukan NICA Belanda, memberi bantuan beras kepada para isteri prajurit, mengirim perbekalan untuk para pejuang di Front yang sedang bergerilya makanan, pakaian bahkan peluru. Kesetiaan dan ketangguhan dalam perjuangan membela dan meningkatkan derajat wanita oleh Almarhumah seperti, menghadiri  Detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945, bersama dengan nyonya S.K.Trimurti sebagai unsur wanita, selalu menjadi penasehat dan pelindung setiap organisasi wanita seperti: Kowani, Kowari, dan Persit. Sebagai wanita yang konsekuen dan konsisten dalam membela hak-hak wanita yang tercermin dalam sikapnya antipoligami dan pada masa Orde Baru sikap ini dapat melindungi para isteri pegawai negeri dengan lahirnya PP.10. Atas usul Almarhumah bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) harus ada unsur wanita dan melalui PENPRES (Penetapan Presiden) nomor. 17 tahun 1949, 3 orang anggota KNIP: Ny. Wakijah Sukijo, Ny. Pujo Utomo, dan Ny. Mahmudah Mas’ud. Almarhumah gigih memperjuang berdirinya Gedung wanita Pertama di Indonesia yang terletak di jalan Diponegoro Jakarta. Peranan Almarhumah sangat menonjol dalam upaya membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesehatan, anak terlantar, penyandang cacat sehingga almarhumah mendirikan: Pendiri Perguruan Cikini, Yayasan Penderita Anak Cacat (YPAC), Pendiri Yayasan Rumah Sakit “Fatmawati”, mengunjungi dan memberi santunan kepada Panti Asuhan, ikut sebagai sponsor berdirinya Oragnisasi “Sekato” di Jakarta. Ikut memperjuangkan agar dokumen, barang dan arsip pemerintah RI yang di rampas oleh Belanda antara tahun 1945-1950 di Jakarta dan di Yogyakarta dapat dikembalikan ke Indonesia. Sebagai Ibu Negara almarhumah selalu memperkenalkan wajah Indonesia beserta Budayanya kepada Negara-negara sahabat dengan menampilkan hal-hal yang merupakan ciri khas Budaya Indonesia seperti: makanan, tarian, dan penataan ruangan pada saat diadakan jamuan kenegaraan. Sebagai salah seorang yang gigih dalam usaha memperjuangkan bekas keresidenan Bengkulu menjadi Provinsi Bengkulu. Seorang Putri Teladan dari Bengkulu yang masa remajanya dilewati di Bengkulu dalam suasana perjuangan perintis kemerdekaan dan pindah ke Jakarta dalam revolusi fisik, sosok Fatmawati dengan kepribadian yang teguh dan pola hidup yang sederhana, menjadi acuan pemerintah ORBA. Almarhumah wafat pada tanggal 14 Mei 1980 di Kuala Lumpur, Malaysia, jenazahnya dimakamkan di perkuburan Karet Jakarta, Pemerintah RI menganugerahkan Bintang Maha Putra Adi Pradana pada tanggal 10 November 1995.
Pembelajaran studi lapangan selanjutnya yaitu Tugu Thomas Parr adalah sebuah monumen yang ada di Bengkulu, salah satu bangunan bersejarah peninggalan Inggris. Orang Inggris memberi nama “Parr Mausoleum” (kuburan besar Gubenur Parr). Sedangkan masyarakat Bengkulu menyebutnya sebagai “Kuburan Bulek” (Kuburan Bulat). Di dalam tugu ini terdapat beberapa tulisan pada batu nisan (inskripsi). Di antaranya adalah inskripsi Resident Thomas Parr, dan Sekretarisnya Charless Murray. Karena pertimbangan keamanan  waktu itu , maka inskripsi tersebut lalu dipindahkan kedalam Benteng Marlborough. Dengan mengunjungi Tugu Thomas Parr mahasiswa IPS lebih menambah wawasan yang awalnya mereka belum mengetahai tentang seluk beluk Thomas Parr Menjadi tahu.
Studi lapangan yang terakhir yaitu memasuki kawasan Benteng Marlborough dimana Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam sejarah dari berdirinya benteng tersebut. Benteng Marlborough merupakan benteng pertahanan Inggris yang didirikan pada tahun 1714-1718 dengan ukuran panjang 240,5 m dan lebar 170,5 m. Selama pendirian ini tercatat nama-nama penguasa Bangsa Inggris di Bengkulu yaitu Yoseph Collet (1712-1716), Thiophilus Shyllinge (1716-1717), Richard Farmer (1717-1718) dan Thomas Coke (1718). Pendirian Benteng Marlborough ini juga tidak terlepas dari adanya keberadaan Benteng York yang sudah digunakan sebelumnya. Benteng York ini didirikan di atas bukit di pinggiran Muara Sungai Serut yang dikelilingi oleh rawa-rawa. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit menular yaitu disentri, korela dan malaria.   Oleh sebab itu, keberadaan Benteng York yang kurang menguntungkan bagi bangsa Inggris, maka Inggris melakukan pendekatan kembali kepada raja-raja Bengkulu untuk mendapatkan lokasi baru untuk mendirikan benteng sebagai pengganti Benteng York. Akhirnya, Inggris mendapatkan tempat baru yang lebih besar dan letaknya yang strategis di antara sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi.
Pembangunan Benteng ini dilakukan selama lima tahun dan pembangunannya dikerjakan oleh arsitek serta para pekerja yang sengaja didatangkan dari India. Pembangunan Benteng ini diberi nama Fort Marlborough yang dijadikan sebagai kenangan kepada seorang komandan militer Inggris bernama John Churchill yang terkenal sebagai “The First Duke Of Marlborough”. Ketika pendirian Benteng ini hampir selesai dibangun, rakyat Bengkulu yang dipimpin oleh Pangeran Jenggalu menyerang Benteng Inggris yang mengakibatkan orang-orang Inggris melarikan diri ke Madras (India). Penyerangan ini terjadi karena rakyat Bengkulu merasa dirugikan oleh pihak Inggris. Setelah semua keadaan aman, pemerintah Inggris yang diwakili oleh Gubernur Joseph Walsh datang kembali ke Bengkulu dan membeuat perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1724 dengan pihak Kerajaan Sungai Lemau.
Selain itu, Benteng Marlborough ini juga mendapatkan serangan dari luar yaitu pada tahun 1760 oleh dua buah kapal Perancis di bawah pimpinan Comte d’Estaing dengan 500 orang. Setelah adanya perjanjian antara pemerintah Perancis dan Inggris di Perancis pada tahun 1763 pihak Perancis membantu memperbaiki kerusakan dan mengembalikan kepada pihak Inggris. Pada tahun 1807 juga terjadi sebuah peristiwa sejarah yang dikenal dengan nama Mount Fellix. Peristiwa ini merupakan gerakan sosial yang terjadi pada masyarakat petani sebagai  protes terhadap sistem tanam kopi yang dipaksakan. Pada tanggal 23 Desember 1807 Thomas Parr dibunuh di kediamannya yaitu di Mount Fellix yang kemudian dimakamkan di Benteng Marlborough.
Pada tanggal 17 Maret 1824 dilakukan suatu perjanjian antara pemerintahan kerajaan Inggris dan Belanda yang dikenal dengan  Traktat London. Dari adanya perjanjian ini mengakibatkan daerah Bengkulu menjadi kekuasaan pemerintah Belanda yaitu sejak tahun 1824-1942. Kemudian ketika Jepang masuk ke Indonesia, Benteng Marlborough dikuasai oleh Jepang hingga masa kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 Benteng Marlborough difungsikan sebagai fasilitas lembaga pemerintahan yaitu tahun 1945-1949 digunakan sebagai markas Polri, pada tahun 1949 digunakan sebagai Fort Marlborough kembali dikuasai Belanda, pada tahun 1949-1983 dikuasai kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia dan digunakan sebagai markas TNI-AD, KODIM 0407, pada tahun 1983-1984 Benteng ini dipugar Pemerintah Republik Indonesia, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta pada tahun 2004 ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Kepmenbudpar Nomor: KM.10/PW.007/MKP/2004.
Pada abad XII dan XIII di daerah Bengkulu ini juga terdapat beberapa kekerajaan yaitu Kerajaan Selebar di daerah Pelabuhan Pulau Baai dan Jenggalu, Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau di Pondok Kelapa, Kerajaan Empat Petulai di daerah Rejang Lebong, Kerajaan Indera Pura, Kerajaan Sungai Itam di daerah Lebak dan Kerajaan Gedung Agung dan Manau Riang di Bengkulu Selatan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TATA CARA MEMBUAT AKUN E-MAIL

Langkah-langkah membuat akun E-Mail yaitu: 1.       Daftar Hal pertama kali yang harus dilakukan yaitu daftar dengan menuju kepada y...